02. Pesawat

Sebelum berlanjut ke cerita perjalanan menuju Cilegon, ada satu bagian yang terlewat. Bagaimana aku pertama kali naik pesawat.


Naik pesawat, bagiku begitu excited. Kenapa? Karena anggapan di masyarakat, pesawat adalah kendaraan umum yang mewah dan ongkosnya mahal kwkwkw.

***

Pagi-pagi sekali selepas Shubuh.
Aku langsung berangkat dari rumah menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Pergi ke Bandara, aku diantar Bapak menggunakan motor. Sampai di sana sekitar jam 6 kurang 5 menit. Agen Travel telah menunggu di sana, mereka mengumpulkan KTP kami, dan akhirnya kami masuk ke gerbang keberangkatan.
Tidak ada yang menarik di bagian ini. Biasa saja.

Bapak dan Aku ketika di Bandara, beberapa saat ketika aku hendak masuk ke gerbang untuk melakukan check-in

Memasukki gerbang.
Untuk masuk ke area khusus penumpang, aku harus melewati gerbang yang terdapat metal detector. Tas dan koper pun diperiksa. Selepas itu, langsung diarahkan ke loket untuk check-in. Apa itu? Intinya adalah kegiatan untuk pemeriksaan identitas yang kemudian kami mendapat boarding pass untuk nanti dijadikan story di Instagram. Simpelnya sih, petugas travel meyerahkan KTP kami yang telah kami kumpulkan, ke petugas bandara. Selain itu, koper-koper kami diberikan kertas untuk dituliskan nama.

Teman-teman sedang melakukan check-in
Koper yang telah diikatkan kertas untuk diberi nama


Lanjut naik ke atas.
Aku kembali melewati petugas untuk dilakukan pemeriksaan. Tali pinggang harus dibuka, hingga ada seorang petugas yang meraba-raba tubuh hingga celana. Saya pasrah dan menikmatinya (?). Sekali lagi, pemeriksaan dilakukan demi keamanan.

Aku terus berjalan.
Aku duduk sebentar di ruang tunggu, berjalan lagi dan akhirnya, sampai ke Garbarata.
Menurut Wikipedia, Garbarata adalah jembatan yang berdinding dan beratap yang menghubungkan ruang tunggu penumpang ke pintu pesawat terbang untuk memudahkan penumpang masuk ke dalam dan keluar dari pesawat. Tergantung pada desain bangunan, ketinggian, memicu posisi, dan persyaratan operasional, mungkin dibuat menetap atau bergerak, berayun radial atau memperpanjang panjang.
Dalam perjalanan menuju Garbarata, dapat dilihat berbagai pesawat yang sedang parkir dan siap terbang. Gambar di bawah ini salah satu pesawat yang ku foto.
 
Pesawat Garuda yang tengah parkir di SMB II


Masuk ke Pesawat.
Pesawat yang kami tumpangi adalah pesawat Citilink, pesawat bintang tiga, dengan biaya cukup murah. Citilink adalah anak perusahaan Garuda Indonesia.
Susunan tempat duduk pesawat ini berbeda dengan bus yang sering aku naik untuk ke Layo. Jika bus ke Layo susunannya 2-2, pesawat Citilink susunannya adalah 3-3. Artinya 3 di kiri, 3 di kanan. Dan ada lorong untuk berjalan di tengah.
Dari tiga kursi itu, aku mendapat tempat duduk di  tengah. Jadi, aku diapit di kiri dan kanan. Hal yang membuatku kembali excited adalah, aku diapit oleh dua orang gadis. Ketika hari-hari biasa gadis-gadis di kampus jarang mau berdekatan denganku. Hari ini selama satu jam di atas udara aku berada di antara dua gadis.
Sungguh pengalaman yang tak terlupakan.

Penampakkan ketika baru masuk ke dalam pesawat

Pesawat berjalan.
Sebelum pilot menerbangkan pesawat, ia akan menyapa para penumpangnya dari ruang kemudi. Sang kapten memperkenalkan diri, estimasi waktu keberangkatan, ketinggian penerbangan, cuaca dan lain-lain. Menurut informasi dari Pilot, waktu penerbangan kami sekitar 1 jam.
Setelah itu akan ada penjelasan dari pramugari mengenai tata tertib di pesawat. Cara penyelamatan diri jika terjadi hal yang tak diinginkan, dan sebagainya. Setelah itu, akhirnya pesawat kami bergerak, seperti melakukan 'pemanasan' terlebih dahulu. Pesawat nampaknya tengah mengelilingi lapangan pacu. Sebelumnya, pilot sudah memerintahkan para penumpang untuk mengenakan sabuk pengaman.

Penampakkan dari dalam pesawat


Pesawat terbang.
Setelah pemanasan, pesawat berhenti sejenak. Kemudian tiba-tiba menjadi kecepatan sangat penuh. Sangat ngebut, lebih ngebut daripada bus mahasiswa yang ugal-ugalan dari Kertapati menuju Layo. Di situ jantungku mulai dag-dig-dug. Dan ketika pesawat hendak 'naik ke langit' meninggalkan darat, perasaan dag-dig-dug tersebut berada di titik klimaks. Bagimana rasanya ya? Sensasinya mirip ketika hendak meluncur dari wahana waterboom yang tinggi di Fantasy Island. Sensasi naik pesawat lebih dari waterboom!

Tekanan udara.
Setelah pesawat stabil, pilot memberikan izin ke penumpang untuk melepaskan sabuk pengaman. Kemudian, ada hal lain yang harus diketahui ketika di pesawat. Tekanan udara di dalam pesawat ketika mencapai ketinggian tertentu akan lebih rendah nilainya dibandingkan tekanan udara ketika di darat. Apa yang terjadi? Terkadang telinga kita sakit, dan suara menjadi kecil atau tidak dapat bersuara. Serius!
Ketika waktu penerbangan sudah mencapai 30 menit. Tiba-tiba seperti ada yang terjadi di telingaku. Seperti *blep*. Kemudian ketika aku hendak berbicara, susah sekali mengeluarkan suara. Seperti hendak berjerit, namun suara yang keluar sangat kecil. Jika kita berbicara dengan suara kecil,  mulut kita tidak akan mengeluarkan suara. Hanya gerakan-gerakan saja. Persis ketika kita tengah di alam mimpi. Kita tahu itu mimpi, tapi ketika hendak mengeluarkan suara, suara tidak keluar.
Pengalaman ini cukup menarik menurutku.

Landing.
Singkat cerita, penerbangan selama 1 jam ini hendak berakhir. Pilot meminta penumpang kembali mengenakan sabuk pengaman. Guncangan cukup keras ketika hendak mendarat. Akhirnya kami tiba di Bandara Halim Perdanakusumah.
Ini lah pertama kali aku menginjakkan kaki di tanah Jawa. Semoga suatu saat dapat kembali ke tanah ini!

Sampai di Bandara Halim Perdanakusumah dengan pesawat Citilink yang ditumpangi


Share:

2 komentar